Jumat, 29 Juni 2012

Peyot

Kata Peyot, yang juga disebut pe'ot, pe'at, payot, adalah bentuk jamak dari pe'ah. Kata pe'ah artinya sudut atau samping. Orang Yahudi Yemenite menyebutnya dengan istilah panjang merupakan ciri yang membedakan mereka dengan masyarakat mereka dengan masyarakat Yaman muslim. Para pria Yahudi Ortodoks biasanya membiarkan rambut mereka tumbuh panjang, dan banyak yang memelihara jenggot.
Suatu waktu mereka akan pergi ke tukang cukur untuk potong rambut. Tetapi, rambut bagian tepi kepala (peyot) tidak dipotong. Pemakaian peyot bagi orang Yahudi Ortodoks berdasarkan pada penafsiran perintah Tuhan di dalam Im 19:17, yaitu tentang larangan mencukur tepi rambut kepala. Dikatakan,"Janganlah kamu mencukur tepi rambut kepalamu berkeliling dan janganlah engkau merusakkan tepi janggutmu." Para rabi Yahudi menafsirkan kata pe'at di ayat tersebut sebagai rambut di depan telingga yang memanjang sampai ujung tulang pipi, sejajar dengan hidung. Karena itu, mereka tidak mau memotongnya, bahkan membiarkanny sampai panjangnya melebihi tulang rahang. Menurut Maimonides, panggilan untuk Moses ben Maimon, Seorang filsuf Yahudi terkemuka abad pertengahan, mencukur rambut tepi kepala adalah kebiasaan kafir. Di Mishnah ditegaskan bahwa peraturan ini hanya berlaku bagi laki-laki.
Rabbi Hirsch Samson Raphael dalam komentarnya tentang Taurat menegaskan bahwa peyot merupakan bentuk simbolik pemisahan antara bagian depan dan bagian belakang otak. Bagian depan otak berkaitan dengan intelektual, sedang bagian belakang otak berkaitan dengan perasaan dan pengaturan gerak tubuh. Dengan demikian, pemakai peyot secara sadar sedang membuat pernyataan bahwa dia mengakui kedua aspek dari pikiran tersebut, dan bermaksud untuk menjaga serta menggunakan bagian-bagian itu sesuai dengan tugas yang mereka terima. Menurut Raphael, rambut juga merupakan simbol dari kebanggaan, karena merupakan bagian yang terlihat orang lain. Ini bisa menimbulkan kesombongan. Untuk itu, larangan memotong peyot mengingatkan seseorang untuk tidak menekankan penampilan, tetapi bergantung pada kecerdasan dan karakter yang baik.
Apapun penafsiran yang diberikan oleh rabi-rabi Yahudi, yang jelas bahwa orang Yahudi adalah orang yang taat akan hukum. Mereka adalah orang-orang yang berusaha untuk menerapkan hukum, terutama hukum ilahi atau firman Tuhan. Mereka berusaha menerapkan firman Tuhan berdasarkan penafsiran yang mereka buat, yang kadang-kadang terkesan berlebihan. Tetapi, sekalipun demikian, ini seharusnya menjadi teladan bagi orang Kristen. Seharusnya orang Kristen mempunyai keinginan yang kuat untuk menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar