Minggu, 14 Februari 2016

Stop Ketika Gelap

Rombongan ini bermaksud mengadakan pendakian di sebuah gunung di Jawa Barat . Mereka berangkat dari kaki gunung itu sore hari. Tentu mereka sangat yakin akan bisa samoai di puncak gunung tepat waktu. Harapan mereka adalah bisa berkemah di atas gunung dan melihat "sunrise" pagi harinya. Tetapi apa daya , belum ada setengah pendakian, mereka tersesat . Seseorang yang diharapkan bisa membimbing pendakian itu justru membawa pada jalan yang salah. beberapa kali mencoba mencari jalan yang benar tetapi tidak mendapatkannya juga. Hari sudah gelap. Tiba-tiba seorang yang lain berteriak, "berhenti ! Turunkan barang-barang dari pungguna kalian . Kita berkemah disini." Tentu ada yang setuju ada yang tidak.
Orang ini pun menjelaskan.' Saat ini sudah gelap. Kita tidak tahu jalan yang benar dan kita tidak tahu jurang ada di mana. Kalau kita lanjutkan, kemungkinan celaka akan lebih besar daripada berhasilnya. Kita berkemah saja disini. Besok kalau sudah kelihatan terang , kita lanjutkan ". usul ini disetujui. Mereka melanjutkan pendakian esok harinya. Dan, mereka pun sampai di puncak walau tidak tepat waktu serta gagal menyaksikan indahnya "sunrise" di pagi hari.

Dalam kehidupan ini, kita bagaikan rombongan yang hendak mendaki puncak gunung. Kita berusaha untuk mencapai keberhasilan-keberhasilan. Ada yang sedang berusaha untuk berhasil di dalam usaha, bisnis, atau karier, pelayanan dan studi. Bahkan ada juga yang sedang berusaha untuk berhasil menjadi orang tua, anak atau menantu yang baik . Tidak jarang kita sampai di titik kegelapan , dimana kita tidak tahua lagi harus berbuat apa untuk bisa mencapai keberhasilan tersebut. Sepertinya kita sudah mencari jalan keluar , tetapi tetap saja kita berada pada kondisi stagnan. Kadang-kadang ada orang yang mencoba memimpin kita, tetapai justru orang itu memberi jalan yang salah sehingga kita semakin terpuruk. Ingat , berhenti dan berkemahlah ! Jangan kita tergesa-gesa dan nekat bertindak di tengah ketidaktahuan kita tentang jalan mana yang harus kita tempuh. Itu bisa membuat kita celaka. Kita membutuhkan terang jalan mana yang harus kita tempuh. Itu bisa membuat kita celaka. Kita membutuhkan terang dan terang itu adalah Tuhan sendiri. Pemazmur menyadari bahwa kuasa dan kekuatan manusia tidak bisa menolong seseorang ketika orang tersebutsudah berada pada titik nadir. Barang-barangdan keterampilan pun tidak sanggup menolongnya. Yang bisa dilakukan hanya menanti-nantikan Tuhan. Ini bukan sikap pasif. Ada tiga alasan mengapa seseorang harus diam dan menanti-nantikan Tuhan:
1. Karena dia sadar bahwa apa yang dia miliki tidak sanggup menolongnya.
2. Justru ini merupakan wujud keyakinan kepada Tuhan dan pengharapan akan pertolonganNya.
3. ini adalah wujud kesabaran untuk menunggu jalan atau cara yang akan diberikan Tuhan sehingga dia bisa bertindak tepat. Mari tunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang punya Tuhan yang hidup. Menjadi tenang, berdiam diri dan menantikan Tuhan berkarya.

Doa
Tuhan, beriku kesanggupan untuk tenang sehingga aku tidak bertindak nekat yang bisa membuatku semakin terjerumus dalam kesulitan. Dalam nama Yesus aku mohon. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar