Ayub 1:5
Biasanya kita sangat populer dengan istilah wanita sebagai sosok ibu yang berdoa. Tetapi jarang kita mendengar pria sebagai sosok ayah yang berdoa. Hal itu mungkin dikarenakan peran seorang ayah sangat erat kaitannya dengan memimpin dan menafkahi keluarga. Itulah sebabnya tidak ada istilah atau lirik lagu yang berbunyi " Di Doa Ayahku". Berbeda dengan judul lagu "Di Doa Ibuku" yang sangat populer itu. Sepenggal lirik lagu itu berbunyi ,"Di waktu 'ku masih kecil, gembira dan senang. Tiada duka kukenang, tak kunjung mengerang. Di sore hari nan sepi ibuku bertelut. Sujud berdoa 'ku dengar namaku disebut. Di doa ibuku, namaku disebut."
Tetapi kisah di lagu itu sedikit berbeda dengan kisah kehidupanku. Walau tak bisa dimungkiri bahwa ibukku juga sering berdoa bagi kami anak-anakya. Waktu kecil aku sering mendengar ayahku berdoa. Ketika waktu masih menunjukkan jam empat pagi, aku sudah mendengarya berdoa. Berbagai hal ia naikkan di hadapan Tuhan, namun satu hal yang sanagt mengharukan dihatiku ketika dengan suara yang lirih dan bahkan terkadang disertai dengan air mata, ia mulai menyebutkan namaku dan adik-adikku di dalam doanya. Dengan tekun dan setia ia menaikkan harapannya pada Tuhan mengenai kehidupan kami anak-anaknya. Mulai dari kesehatan, pendidikan, masa depan, bahkan sampai-sampai jodoh kami satu per satu pun sudah ia doakan. Kini setelah aku jauh darinya, hal itu sering membuatku merindukannya dari sekian banyak hal yang aku banggakan dalam sosok kehidupan ayahku, ketekunannya berdoa menjadi salah satu hal yang sangat kubanggakan. Terima kasih ayah buat doa-doamu.
Sebenarnya Alkitab telah mengajarkan prinsip bahwa seorang ayah juga berperan sebagai pendoa bagi kehidupan anak-anaknya. Salah satu tokoh yang terkenal adalah Ayub. Alkitab mencatat bahwa Ayub senantiasa berdoa dan menjadi wakil bagi anak-anaknya. "... keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya:' Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.' Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa." (Ayub 1:5). Jadi , tidak peduli apakah kita jarang mendapati pria sebagai sosok yang berdoa, tetapi jika firman Tuhan mencatat peran Ayub dalam berdoa, berarti Tuhan juga menghendaki setiap ayah bisa menerapkan hal ini di dalam kehidupan bersam keluarganya.
Di samping peran ayah yang bertanggung jawab untuk memimpin dan menafkahi keluarga, tugas untuk mendoakan keluarga secara tekun juga menjadi peran yang tidak bisa diabaikan! Ada keterbatasan seorang ayah untuk mengawasi penuh kehidupan anak-anaknya. Dengan berdoa seorang ayah telah menyerahkan pemeliharaan anak-anaknya kedalam tangan Tuhan. Mari para ayah, jadikanlah hidup kita sebagai pendoa dan wakil bagi keluarga di hadapan Tuhan.
Biasanya kita sangat populer dengan istilah wanita sebagai sosok ibu yang berdoa. Tetapi jarang kita mendengar pria sebagai sosok ayah yang berdoa. Hal itu mungkin dikarenakan peran seorang ayah sangat erat kaitannya dengan memimpin dan menafkahi keluarga. Itulah sebabnya tidak ada istilah atau lirik lagu yang berbunyi " Di Doa Ayahku". Berbeda dengan judul lagu "Di Doa Ibuku" yang sangat populer itu. Sepenggal lirik lagu itu berbunyi ,"Di waktu 'ku masih kecil, gembira dan senang. Tiada duka kukenang, tak kunjung mengerang. Di sore hari nan sepi ibuku bertelut. Sujud berdoa 'ku dengar namaku disebut. Di doa ibuku, namaku disebut."
Tetapi kisah di lagu itu sedikit berbeda dengan kisah kehidupanku. Walau tak bisa dimungkiri bahwa ibukku juga sering berdoa bagi kami anak-anakya. Waktu kecil aku sering mendengar ayahku berdoa. Ketika waktu masih menunjukkan jam empat pagi, aku sudah mendengarya berdoa. Berbagai hal ia naikkan di hadapan Tuhan, namun satu hal yang sanagt mengharukan dihatiku ketika dengan suara yang lirih dan bahkan terkadang disertai dengan air mata, ia mulai menyebutkan namaku dan adik-adikku di dalam doanya. Dengan tekun dan setia ia menaikkan harapannya pada Tuhan mengenai kehidupan kami anak-anaknya. Mulai dari kesehatan, pendidikan, masa depan, bahkan sampai-sampai jodoh kami satu per satu pun sudah ia doakan. Kini setelah aku jauh darinya, hal itu sering membuatku merindukannya dari sekian banyak hal yang aku banggakan dalam sosok kehidupan ayahku, ketekunannya berdoa menjadi salah satu hal yang sangat kubanggakan. Terima kasih ayah buat doa-doamu.
Sebenarnya Alkitab telah mengajarkan prinsip bahwa seorang ayah juga berperan sebagai pendoa bagi kehidupan anak-anaknya. Salah satu tokoh yang terkenal adalah Ayub. Alkitab mencatat bahwa Ayub senantiasa berdoa dan menjadi wakil bagi anak-anaknya. "... keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya:' Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.' Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa." (Ayub 1:5). Jadi , tidak peduli apakah kita jarang mendapati pria sebagai sosok yang berdoa, tetapi jika firman Tuhan mencatat peran Ayub dalam berdoa, berarti Tuhan juga menghendaki setiap ayah bisa menerapkan hal ini di dalam kehidupan bersam keluarganya.
Di samping peran ayah yang bertanggung jawab untuk memimpin dan menafkahi keluarga, tugas untuk mendoakan keluarga secara tekun juga menjadi peran yang tidak bisa diabaikan! Ada keterbatasan seorang ayah untuk mengawasi penuh kehidupan anak-anaknya. Dengan berdoa seorang ayah telah menyerahkan pemeliharaan anak-anaknya kedalam tangan Tuhan. Mari para ayah, jadikanlah hidup kita sebagai pendoa dan wakil bagi keluarga di hadapan Tuhan.
Doa
Tuhan, kami berdoa bagi para ayah. Berilah mereka kekuatan dalam mengemban tanggung jawab sebagai ayah yang berkenan di mataMu dan dikeluarganya. Dalam nama Yesus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar