Kejadian 50:20; 1 Petrus 3:9
Kisah Yusuf merupakan kisah Alkitab yang mengesankan. Penderitaan yang disebabkan oleh rasa iri hati saudara-saudaranya menyebabkan ia dijual, dijadikan budak, dan dijebloskan ke penjara atas tuduhan yang tidak benar. Berharap keadaannya membaik kala menafsirkan mimpi juru minuman, ternyata ia dilupakan. Ia menjadi korban dari perilaku orang-orang sekitarnya. Bukankah Yusuf memiliki alasan kuat untuk menyimpan luka hati ?
Namun, ia tidak menyediakan ladang hatinya untuk benih-benih tersebut. Tetapi ia berujar bahwa segala perlakuan buruk yang ia terima telah menyiapkan dirinya untuk rencana Tuhan yang indah. Ia telah mengubah luka hatinya menjadi hikmat, dengan mengambil sikap positif dari setiap sikap negatif yang diterimanya.
Orang-orang terdekat kitalah yang memiliki potensi besar untuk menyakiti. Merekalah yang banyak kali mendamparkan kita lembah kedukaan, membuat pelangi hidup kita menjadi awan mendung, sebagaimana Absalom dalam hidup Daud; Hofni dan Pinehas dalam hidup Eli; Penina dalam kehidupan Hana; dan Istri Ayub. Tetapi bagaimana reaksi kita terhadap hal ini? Apakah kita menjadi marah dan mempersalahkan mereka atas luka hati yang ada dan merasa tidak pantas disakiti karena tidak melakukan kesalahan ?
Kita tidak dapat menjauhkan semua ketidakadilan hidup yang sepertinya tidak pantas kita terima. Yang dapat kita lakukan adalah meminta Tuhan mengajar kita menyikapi dengan benar setiap ketidakadilan hidup.
Kita tidak dapat memilih apa yang akan kita alami dalam hidup, namun yang pasti Tuhan selalu memperhadapkan kita pada pilihan. Dan pilihan yang harus kita ambil nyata dalam pengajaran Yesus, "Ampunilah kami... seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami," Pilihan yang benar akan mengarahkan kita pada sikap yang benar, yang akan menentukan berkat yang akan kita terima. Bagaimana jika Yusuf, Daud, Hana dan Ayub mengambil pilihan salah dalam menyikapi luka hati mereka ? Yusuf tidak mangukir sejarah di dalam membawa bangsanya keluar dari bencana kelaparan. Daud tidak akan menjadi sahaba Tuhan, Ayub tidak akan menerima berkat dua kali lipat. Janji-janji berkatNya hanya diberikan bagi mereka yang memilih untuk melepaskan pengampunan.
Sebuah pernyataan,"Every day is an opportunity to make a new happy ending." Atau setiap hari adalah peluang untuk mengakhirinya dengan kebahagiaan. Ketika memutuskan untuk mengasihi daripada membenci, mengampuni daripada sakit hati, bersukacita daripada memendam kemarahan, disitulah kita belajar menutup hari-hari dengan kebahagiaan dan sebuah pilihaan harus tetap diambil. Menyimpan luka hati tidak akan mengubah apa yang telah terjadi, namun dengan melepaskan pengampunan maka kita dapat mengubah masa depan. Tentukanlah pilihan yang benar dan nikmatilah berkatNya !
Kisah Yusuf merupakan kisah Alkitab yang mengesankan. Penderitaan yang disebabkan oleh rasa iri hati saudara-saudaranya menyebabkan ia dijual, dijadikan budak, dan dijebloskan ke penjara atas tuduhan yang tidak benar. Berharap keadaannya membaik kala menafsirkan mimpi juru minuman, ternyata ia dilupakan. Ia menjadi korban dari perilaku orang-orang sekitarnya. Bukankah Yusuf memiliki alasan kuat untuk menyimpan luka hati ?
Namun, ia tidak menyediakan ladang hatinya untuk benih-benih tersebut. Tetapi ia berujar bahwa segala perlakuan buruk yang ia terima telah menyiapkan dirinya untuk rencana Tuhan yang indah. Ia telah mengubah luka hatinya menjadi hikmat, dengan mengambil sikap positif dari setiap sikap negatif yang diterimanya.
Orang-orang terdekat kitalah yang memiliki potensi besar untuk menyakiti. Merekalah yang banyak kali mendamparkan kita lembah kedukaan, membuat pelangi hidup kita menjadi awan mendung, sebagaimana Absalom dalam hidup Daud; Hofni dan Pinehas dalam hidup Eli; Penina dalam kehidupan Hana; dan Istri Ayub. Tetapi bagaimana reaksi kita terhadap hal ini? Apakah kita menjadi marah dan mempersalahkan mereka atas luka hati yang ada dan merasa tidak pantas disakiti karena tidak melakukan kesalahan ?
Kita tidak dapat menjauhkan semua ketidakadilan hidup yang sepertinya tidak pantas kita terima. Yang dapat kita lakukan adalah meminta Tuhan mengajar kita menyikapi dengan benar setiap ketidakadilan hidup.
Kita tidak dapat memilih apa yang akan kita alami dalam hidup, namun yang pasti Tuhan selalu memperhadapkan kita pada pilihan. Dan pilihan yang harus kita ambil nyata dalam pengajaran Yesus, "Ampunilah kami... seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami," Pilihan yang benar akan mengarahkan kita pada sikap yang benar, yang akan menentukan berkat yang akan kita terima. Bagaimana jika Yusuf, Daud, Hana dan Ayub mengambil pilihan salah dalam menyikapi luka hati mereka ? Yusuf tidak mangukir sejarah di dalam membawa bangsanya keluar dari bencana kelaparan. Daud tidak akan menjadi sahaba Tuhan, Ayub tidak akan menerima berkat dua kali lipat. Janji-janji berkatNya hanya diberikan bagi mereka yang memilih untuk melepaskan pengampunan.
Sebuah pernyataan,"Every day is an opportunity to make a new happy ending." Atau setiap hari adalah peluang untuk mengakhirinya dengan kebahagiaan. Ketika memutuskan untuk mengasihi daripada membenci, mengampuni daripada sakit hati, bersukacita daripada memendam kemarahan, disitulah kita belajar menutup hari-hari dengan kebahagiaan dan sebuah pilihaan harus tetap diambil. Menyimpan luka hati tidak akan mengubah apa yang telah terjadi, namun dengan melepaskan pengampunan maka kita dapat mengubah masa depan. Tentukanlah pilihan yang benar dan nikmatilah berkatNya !
Doa
Tuhan, ajar dan mampukanlah aku untuk tidak menjalani hidup dalam kepahitan yang hanya akan memperlambat langkahku dalam memasuki rencanaMua. Dalam nama Yesus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar